Halaman

Minggu, 08 September 2013

Mengartikan Penantian

Minggu, delapan September dua ribu tiga belas.
Siang yang cerah, awan sedikit mendung, namun sinar matahari tak mau kalah, masih saja panas menyengat. Di halte busway ini, di tengah calon penumpang lainnya berdirilah aku dengan perasaan lega --akhirnya kebagian tiket juga dan sedikit sudah tak sabar ingin segera memulai perjalanan setelah cukup lama mengantri di loket yang bersampingan dengan halte
Tidak, kali ini aku sedang tidak ingin membicarakan tentang tujuan perjalananku. Aku memilih untuk bercerita tentang hal lain, hal biasa yang sering aku lakukan setiap hari, tapi terasa sangat berbeda untuk hari ini. Entah karena apa.
Aku dan yang lainnya berbaris rapi menunggu kedatangan busway yang selanjutnya. Layar monitor TV informasi itu menunjukkan busway selanjutnya akan tiba 5 menit lagi. Yaa, aku mencoba mempercayainya, dengan sarana yang terbilang lebih canggih  dibandingkan dengan loket bus, kereta api atau transportasi darat lainnya, kupikir informasi yang tertera di layar monitor itu pasti benar, 5 menit lagi. Sebentar lagi, sorak ku dalam hati. Aku mulai bersemangat menunggu 5 menit itu. Aku arahkan pandanganku menuju jam tangan di tangan kiriku, jarum-jarumnya menujukkan pertengahan angka 3 dan 4, ya, terbaca 15.20. Jika benar 5 menit lagi, maka busway akan tepat sampai di halte pada jam 15.25. Dengan hitungan itu, pikiranku perlahan melayang membayangkan saat-saat ketika 5 menit itu telah berlalu dan aku bisa segera menaiki busway.
Aiiiihh, ternyata apa yang terjadi??? Ternyata tidak semudah itu.


Detik-detik yang terus berjalan seakan tak merubah waktu. Perputaran jarum jam serasa tak kunjung menjemput angka dan menggenapkannya dalam hitungan menit. Kenapa 5 menit saja jadi terasa lama seperti ini?

Apa yang terjadi? Ada apa dengan sang waktu? atau ada apa dengan ku?
Lalu mata ku jeli mengamati keadaan di sekelilingku, ada beberapa calon penumpang yang terlihat sangat antusias dan bersemangat sekali membicarakan tentang tujuan perjalanan mereka --yang kedengerannya memang seru, disebelahnya berdirilah seseorang yang sibuk dengan gadgetnya, asik menundukkan kepala. Di samping kiri ku ada sepasang muda-mudi yang asik pula sedang bercengkerama. Di seberang pasangan muda-mudi itu ada seorang lelaki dengan kedua headset di telinganya. Sebelahnya lagi ada juga yang sibuk dengan gadgetnya terlihat setengah tertutup badan tambun si pemakai headset. Ada juga yang duduk di bangku pojokan halte, seorang wanita yang tengah membaca buku. Suasana yang cukup ramai. Mataku merekam berbagai macam cara mereka untuk menghabiskan waktu 5 menit itu. Mereka seperti berada dalam dunia mereka sendiri. Pikiranku lalu kosong, aku sendirian. Bukan karena aku tidak bersama teman, aku bahkan di halte ini dengan keempat temanku, serta calon penumpang lainnya. Tapi tetap saja aku merasa sendirian dan kosong.
Aku memikirkannya lagi; 
Apa yang terjadi? Ada apa dengan sang waktu? atau ada apa dengan ku?
Serasa ada yang memanggil, pandanganku langsung spontan tertuju pada seorang wanita di bangku pojokan itu, terlihat sangat menikmati dan mengacuhkan ku yang tengah mengamatinya. Lalu kupikir, oh, tak ada yang memanggilku. Hanya perasaanku saja. Samar, judul bukunya tak terbaca olehku. Seper sekian detik berlalu aku lalu menyadari, oh bukan tentang bukunya yang menarik perhatianku, tapi cara dia menghabiskan waktu 5 menit itu. Ya, dia sedang membaca buku, itulah cara dia mengahabiskan waktu.
"Yaah, aku tak membawa buku" sesalku.
Tak lama, terdengar suara busway di jarak 2 meter itu mulai berhenti menuju arah halte tempat aku dan yang lainnya menunggu.
Jarum jam ku menunjukkan angka 15.25, perkiraanku benar dan TV informasi itu tak sekedar asal memberikan informasi saja --tentu saja. 5 menit berhasil aku lalui.
Di deretan bangku itu, aku duduk di paling tepi. Pandanganku keluar kaca jendela, mangamati laju kendaraan yang beradu di jalan raya. Lalu pikiranku mulai merangkai kata-kata untuk memaknai moment yang baru saja aku alami ini. Mengartikan penantian.
Seperti busway itu, meskipun waktu datangnya jelas tertulis dalam layar TV informasi, tapi tetap saja itu tak menjelaskan tentang kepastian datangnya. Serba tak ada jaminan kebenaran waktunya. Tertulis jelas 5 menit, tapi akan sangat berbeda artinya 5 menit itu untuk setiap orang yang sebenarnya sama-sama menunggu. Ada yang merasa cepat, ada pula yang merasa itu sangat lama, seperti yang aku rasakan. Dia yang merasa cepat, mungkin karena mereka berhasil memanfaatkannya dengan mengisi waktu itu sebaik mungkin. Dan dia yang merasa lama, itu pasti karena dia merasa tak tahu harus melakukan apa dengan waktu 5 menit itu.
Tak harus dengan mambaca buku, dengan apapun caranya menghabiskan waktu, isilah waktu dengan cara-cara yang lebih bermanfaat dan berarti agar moment menanti jauh lebih berkualitas, dan tentu saja, harus dibarengi dengan kesabaran yang ekstra hingga apa yang ditunggu itu tiba di waktu yang tepat :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar