Halaman

Senin, 14 Oktober 2013

Kamu, Si Biru

   
     Suatu hari yang cerah. Aku sendirian duduk di bangku ke dua dari belakang di ruang Aula kampus. Dalam sebuah acara dan tentu saja, aku tak sendirian di sana, ada yang lainnya, terhitung lumayan banyak. Di tengah acara, fokusku beralih dari tema yang tengah dibawakan oleh sang Bintang Tamu acara ke sebuah warna yang tiba-tiba menyita perhatianku. 
Biru. Warna itu tersangkanya. Dalam bentuk jilbab yang dikenakan oleh seorang ukhti, warna biru itu nampak makin anggun. Bukan dengan modifikasi cara memakainya, namun fokusku ke bagaimana warna itu telah berhasil membuatku terkesan dan terpesona justru di tengah warna cerah lainnya. Birunya begitu lembut namun tajam di penglihatanku, beda. Aah sesuatu sekali rasanya.
    Bukankah aku sudah sering melihat warna biru? tapi kenapa hari ini tampak "sesuatu" sekali? Entahlah, birunya memang sama --biru tua yang agak muda. Dan memang sejujurnya selama ini aku tak begitu tertarik dengan warna biru, aku lebih menyukai warna merah dan kuning yang terang dan berkesan penuh semangat. Ada apa dengan warna biru kali ini? Pertanyaan itu terus berulang, aku harus segera menemukan alasannya --pikirku. Terlepas dari segala arti atau filosofi dari warna tersebut lalu jawabanku mentok, --mungkin biru memang warna yang memikat.
Harus aku sisihkan rasa malu ku untuk mengakui, memang iya aku terus berlama-lama memandangi biru itu. Rasa-rasanya bukan sekedar karena sejuk dipandang, namun juga dari biru itu terpancar kelembutan yang menyemangati, mendamaikan, ada kesan yang mendalam dengan warna itu, sederhana tapi entah bagaimana menjelaskannya seperti penuh misteri yang memanggil jiwaku untuk mencaritau sesuatu dibalik warna itu. Apa aku terlalu berlebihan? Aah ini tentu saja bukan rasa yang biasa :)
   
Acara selesai, namun pikiran ku tentang si biru tak selesai sampai disini. Ketertarikan ini berlanjut. Semakin diingat, semakin dalam pula hatiku menambatkan ingatan tentang si biru itu. Aku ingin memilikinya.
"Biru?? apa bagusnya?" Aah pertanyaan yang senada muncul lagi, aku benar-benar tak tau jawabannya. Oh hatiku ku, berhentilah bertanya alasan kenapa aku tiba-tiba menyukai warna aneh itu. Karena tak selalu dibutuhkan penjelasan untuk sebuah rasa suka dan tidak suka, yang dibutuhkan tentulah pemahaman yang baik

     Berdirilah aku di depan almari jilbabku. Aku mencium wangi kain yang di tanganku, harum --habis dicuci. Singkat cerita, aku membeli jilbab warna biru itu. Sama atau tidak dengan warna yang waktu itu aku lihat,  namun tetap saja, si biru yang memikat.
Kini di almari itu ada si biru dan beberapa warna lain dari jilbabku, aku menyimpanmu rapi bersama warna kesukaanku yang lainnya. 

Biru, apa kau tau? Hadirmu kini menjadi pelengkap warna jilbabku. Jilbab yang nantinya akan selalu menemani hari-hariku. Menutup dan melindungi rambut dan aurat kepalaku. Walau entah akan aku pasangkan dengan warna apa kau nantinya, yang jelas aku tau, warnamu tetap saja memikat, sama seperti waktu pertama kali aku menemukanmu paling mempesona diantara barisan warna yang lainnya. Aku memilih kata "mencerahkan" untuk mendiskripsikan tentang kamu.
Biru, aku memilihmu tak bermaksud ingin menjadikanmu koleksi, tapi aku memilihmu karena aku tau hadirmu akan menjadi pelengkap warnaku.

Inilah kisahku dengan si Biru. Meskipun aku tak terlalu pandai dalam menjelaskannya tapi semoga tidak berlebihan. 

Sampai baris yang kesekian dari penulisan kisahku ini, apakah imajinasimu berhasil memaknai betapa dalam rasa terpesonanya aku akan si biru??
Rasa yang begitu tiba-tiba, sederhana tanpa alasan dan terlalu sukar untuk dijelaskan detailnya. Semoga pemahaman itu sampai kepadamu.
Karena si biru itu kamu,..  :)



     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar